Kebahasaan (fonologi dan morfologi)

SEMANTIK

(Konsep Ilmu Semantik)


MAKALAH


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kebahasaan (Fonologi danMorfologi)

















Oleh

Subhi Ash Shalih
0801542




PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., sebab berkat taufik dan hidayahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Semantik” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kebahasaan (Fonologi dan Morfologi). Disamping itu, untuk menambah wawasan penulis dalam bidang ilmu kependidikan dan kebahasaan.
Dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas akan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk Yunus Abidin, Mpd. selaku dosen mata kuliah kebahasaan (fonologi dan morfologi) yang telah memberikan arahan materi kebahasaan dan kepada teman-teman yang selalu memberikan motivasi serta arah dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya tiada kata yang paling berharga selain ucapan terima kasih, harapan dan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dari segala bantuan yang telah diberikan. Amin. Penulis menyadari akan segala kekurangan.

Bandung, Oktober 2010
Penulis












SEMANTIK

A. Pendahuluan
Bahasa merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan manusia. Namun tanpa kehadiran bahasa, manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi antara satu dengan lainnya. Hal ini meyakinkan, bahwa pentingnya manusia untuk menyikapi sekaligus mempelajari bagaimana bahasa itu digunakan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antara penyampai bahasa dan penerima bahasa.
Berkaitan dengan pemaparan di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan gambaran terkait dengan permasalahan pemaknaan bahasa yang selanjutnya akan dikaji dalam ilmu linguistik yang dipelajari dalam sebuah kajian semantik atau bisa disebut dengan cabang linguistik yang khusus meneliti tentang makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Dalam ringkasan buku ini, sedikitnya penulis akan menjelaskan sekilas tentang pengertian semantik, jenis semantik, perkembangan semantik, dan hubungan semantik dengan ilmu lain. Selanjutnya, akan penulis paparkan sebuah penegasan materi tentang semantik pada bagian penutup sebagai kesimpulan yang sekiranya memberikan gambaran terkait dengan cabang ilmu linguistik semantik (ilmu makna).
B. Pembahasan
1. Pengertian Semantik
Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘semainein’ yang berarti ‘bermakna’. Kata bendanya adalah ‘sema’ yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘memaknai’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai, dilambangkan atau dimaknai adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent / acuan / hal yang ditunjuk.
Banyak ahli yang telah berusaha untuk mendefinisikan atau memberikan batasan tentang semantik. Ternyata dari pengertian tersebut ada pula yang berbeda. Berikut pengertian semantik menurut para ahli.
a. Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata meneliti makna (Verhaar, 1964: 1)
b. Semantik adalah studi tentang makna [(Palmer, 1981: 9) dan (Aminudin1983: 15)]
c. Semantik adalah studi tentang makna bahasa (Katz, 1971: 3)
Jika kita telaah dari ketiga pengertian di atas, maka pengertian semantik menurut Verhaar adalah terasa sempit, karena semantik hanya menelaah makna kata, sedangkan dalam ilmu linguistik mengkaji pula tentang frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Pengertian menurut Palmer dan Aminudin kajiannya sangat luas, karena tidak hanya mengkaji makna satuan-satuan bahasa saja, namun memungkinkan adanya pemaknaan dari berbagai bidang telaahan/studi. Berikutnya pengertian menurut Katz kajiannya tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas. Hal ini diperkuat oleh pendapat Leech 1974: x bahwa ‘semantik adalah salah satu cabang linguistik, yaitu kajian ilmu yang mengkaji bahasa. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa fonologi dan sintaksis mengkaji struktur bahasa, sedangkan semantik mengkaji makna yang diungkapkan dalam struktur tersebut.
2. Jenis-jenis Semantik
Seperti yang kita ketahui, bahwa semantik ialah ilmu yang mengkaji makna bahasa, maka yang menjadi objek semantik adalah makna bahasa atau makna dari satuan-satuan bahasa, seperti kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Berdasarkan pada satuan-satuan bahasa, maka tataran bahasa (linguistik) yang menjadi objek studi semantik adalah sebagai berikut.
a. Wacana (Semantik Wacana)
Jenis semantik ini bertugas mengkaji makna wacana. Dalam hal ini, pemaknaan suatu wacana tidak terlepas dari pola berpikir yang runtun dan logis.
Contoh:
Kalimat Lepas : pada siang hari langit begitu cerah. langit mendadak gelap. Hujan turun sangat deras.
Kalimat runtun : pada siang hari langit bergitu cerah, namun beberapa kemudian langit mendadak gelap dan hujanpun turun sangat deras.
b. Tatabahasa/ gramatika: morfologi dan sintaksis (Semantik Gramatikal)
Jenis semantik ini mengkaji tentang makna satuan-satuan gramatika, baik yang berupa morfologi maupun sintaksis.
Contoh:
Morfologi:
Batal = tidak jadi dilangsungkan
Pembatalan = proses atau cara pembatalan
Sintaksis
Frasa
Rumah = tempat tinggal manusia (umum)
Rumah tua = tempat tinggal manusia yang sudah tua (khusus)
Kalimat
Orang itu bisa mengobati berbagai penyakit aneh
Hati-hati bisa ular itu sangat berbahaya
c. Leksikal (Semantik Leksikal)
Jenis semantik ini mengkaji makna yang ada pada leksikon yang belum dimasukkan ke dalam konteks, baik konteks gramatika (morfologi dan sintaksis) maupun konteks wacana.
Contoh: ganggu = goda, usik, dekat = pendek, tidak jauh
d. Fonologi (Pembeda Makna)
Fonem merupakan sebagian satuan bahasa terkecil, tidak memiliki makna, hanya berfungsi sebagai pembeda makna. Namun jika disusun membentuk kata-kata, maka fonem-fonem tersebut bias membedakan makna.
Contoh: bata  batu berbeda karena adanya fonem a dan u.
3. Perkembangan Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang dikhususkan mengkaji tentang makna bahasa. Mengingat pentingnya dalam memaknai sebuah bahasa, dalam hal ini telah dijelaskan lebih dalam oleh Leech (1974: x) bahwa semantik merupakan pusat kajian komunikasi verbal yang didasari oleh pikiran manusia. Meskipun demikian, ilmu semantik tidak lain adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang kemunculannya sangat tertinggal dibanding ilmu lainnya (ilmu baru).
Ilmu semantik pertama kali diperkenalkan ratusan tahun sebelum masehi oleh Asosiasi Filolofi Amerika di Yunani. Salah satu pemikirnya yaitu Aristoteles, seorang ahli yang pertama kali menggunakan istilah ‘makna’ melalui definisi istilah ‘kata’. Menurut pendapatnya, ‘kata’ adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Dalam hal ini plato menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara implicit mengandung makna-makna tertentu. Hanya pada saat itu belum ada batasan yang jelas antara etimologi, studi makna, dan studi makna kata.
Pada tahun 1820-1925 seorang ahli klasik yang bernama C. Chr. Reisig telah mengemukakan konsep baru tentang gramatika. Ia berpendapat bahwa gramatika terdiri atas tiga unsure utama, yaitu
a. Semasiologi: studi atau kajian tenatang tanda;
b. Sintaksis: studi atau kajian tentang kalimat;
c. Etimologi: studi atau kajian tentang asal-usul kata, perubahan bentuk kata, dan perubahan makna.
Pemikiran Reisig telah memunculkan konsep baru tentang gramatika, yang selanjutnya diklasifikasikan ke dalam tiga periode: pertama, ditandai dengan istilah underground period., kedua, masa ini ditandai dengan munculnya karya sarjana Perancis, Michael Breal. Pada tahun 1883 melalui karangannya yang berjudul Essai de Semantique. Ia pun beranggapan bahwa semantik sebagai ilmu yang ‘murni-historis’, dengan kata lian, pada masa itu kajian semantik masih berkaitan dengan unsur-unsur yang ada di luar bahasa itu sendiri yakni dalam perubahan makna, psikologi, dan ilmu lain. Sedangkan pada masa ketiga ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia, Gustaf Stern, yang berjudul Meaning and Change of Meaning, with Special Reference to the English Language pada tahun 1931. Dalam karyanya Stern telah melakukan studi tentang makna secara empiris dengan bertitik tolak pada suatu bahasa, yaitu bahasa Inggris.
Perkembangan semantik masih berlanjut dengan paradigma bahwa puluhan tahun sebelum munculnya Stern telah ditemukan kegiatan dalam pengumpulan bahan perkuliahan dari seorang guru Ferdinan de Saussure, dari sini muncul lah karya seassure dan menimbulkan perbedaan pandangan tentang semantik. Perbedaan itu antara lain
1. Pandangan atau pendekatan historis (diakronis) mulai ditinggalkan dan beranjak pada pendekatan deskriptif (sinkronis);
2. Semantik mulai dipengaruhi statistika;
3. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu, tidak bersifat umum;
4. Hubungan antara bahasa dengan pikiran mulai dipelajari;
5. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti bahwa filsafat tidak membantu perkembangan semantik (Ulman, 1977: 8).
4. Hubungan Semantik dengan Ilmu Lain
Pada uraian di muka telah dijelaskan bahwa semantik adalah ilmu yang mengkaji makna bahasa. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang cukup kompleks, antara lain:
a. Instrumental: alat untuk memenuhi kebutuhan material;
b. Regulatory: mengatur dan mengontrol perilaku individu yang satu dengan yang lain dalam suatu hubungan social;
c. Interaksional: menciptakan jalinan hubungan antara individu yang satu dengan yang lain;
d. Personal: media identifikasi dan ekspresi diri;
e. Heuristik: untuk menjelajahi, mempelajari, memahami dunia sekitar;
f. Imajinatif: mengkreasikan dunia dalam kesadaran dunia batin seseorang;
g. Informative: media penyampai pesan dalam kegiatan komunikasi, media penafsir keseluruhan pengalaman batin seseorang (Aminudin, 1988: 18).
Selain dari beberapa hal tentang hubungan semantik dengan ilmu lain di atas, ternyata semantik pun memiliki keterhubungan dengan disiplin ilmu lainnya, yaitu filsafat, psikologi, antropologi, sastra dan linguistik.
1) Semantik dan Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang mengkaji kearifan, pengetahuan, dan hakikat realitas. Dengan ini, semantik dalam kajian ilmu filsafat memiliki fungsi yakni ketepatan dalam menyusun simbol bahasa agar membentuk sebuah pola kalimat atau struktur realitas secara benar. Perhatikan contoh berikut: “Andi dan Anita mulai gawat darurat.” Bisa saja dimaknai “Andi dan Anita sakit keras.” Sementara yang dimaksud penutur adalah “Hubungan Andi dan Anita sudah tidak harmonis.” Hal ini meyakinkan bahwa penggunaan logika dalam sebuah bahasa sangatlah penting, sebaliknya yakni tanpa penggunaan logika dalam menyusun kalimat, memungkinkan munculnya salah penafsiran antar penutur dan penerima.
2) Semantik dan Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mengkaji hakikat dan gerak-gerak jiwa. Psikologi mengkaji tentang kebermaknaan jiwa, sedangkan semantik kebermaknaan kata atau satuan ujaran dalam bahasa. Dengan kata lain, keberadaan kata tidak hanya dimaknai dalam struktur bunyi dan bentuk tulisannya saja, namun pada makna yang terkandung dalam satuan bahasa tersebut. Missal: “Kau ini seperti kelelawar!” dapat kita simpulkan, sikap marah yang dimunculkan oleh orang tua telah diasosiasikan terhadap perilaku kelelawar.
3) Semantik dan Antropologi serta Sosiologi
Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya Penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ ataupenuturnya. Contohnya : ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat mencerminkan budaya penuturnya. Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta. Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
Sedangkan dalam keterhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai Penggunaan / pemilihan identitas kelompok penuturnya. Contohnya : kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas kelompok penuturnya. Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan.
4) Semantik dan Sastra
Sastra menggunakan bahasa sebagai media pemaparannya. Bebeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa dalam sastra mempunyai keunikan tersendiri karena didalamnya mencakup ekspresi si penulis. Mengingat begitu kompleksnya makna dalam sastra, oleh sebab itu, pernan semantik sangat penting dalam kajian sastra terutama bila sudah berhadapan dengan kajian makna dalam gaya bahasa. Dengan demikian, untuk memahami isi atau bahasa dalam sastra harus memerlukan penghayatan yang khusus dan lebih mendalam serta memiliki dasar pengetahuan tentang ilmu yang berkaitan. Misal ilmu humanitas dan lain sebagainya.
Makna bahasa yang digunakan dalam sastra dibagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain
a) Unit makna literal yang secara tersurat mempresentasikan bentuk kebahasaan yang digunakan;
b) Dunia rekaan pengarang;
c) Dunia yang dipandang dari titik pandang tertentu;
d) Lapis dunia atau pesan yang bersifat metafisis.
5) Semantik dan Linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa. Baik itu dalam bentuk kata, frasa, kalimat, atau wacana. Berikut contohnya:
Baju
Baju baru
Baju baru yang dibeli ibu dari pasar baru
Baju baru yang dibeli ibu dari pasar baru kemarin
Baju baru yang dibeli ibu dari pasar baru kemarin sangat mahal
Dari bentuk-bentuk bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa ada makna yang muncul dalam tataran morfologi, seperti makna ‘baju’; dalam tataran sintaksis, seperti makna frase ‘baju baru’ atau makna kalimat ‘baju baru itu sangat mahal.’; dan dalam tataran wacana, seperti ‘ibu kemarin pergi ke pasar baru. Di sana ia membeli baju baru. Harga baju baru itu sangat mahal.’
C. Penutup
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan bahasa yang digunakan manusia semakin bervariasi dan unik. Bentuk yang disuguhkan bisa berupa variasi dalam intonasi, struktur, bahkan dilengkapi dengan seni gerak yang menggelikan. Hal ini perlu kita hargai, karena pada hakikatnya bahasa hanya memerlukan adanya kesepakatan sekaligus penerimaan dari si penerima bahasa yang nantinya dirasa pantas untuk digunakan dalam kehidupannya.
Adapun yang sering menjadi polemik dalam penggunaan bahasa saat ini perlu adanya pengkajiian ulang dengan pemikiran yang jernih dan terstruktur. Hal ini menekankan, bahwa adanya pemaknaan bahasa melalui proses identifikasi terhadap bahasa baru.
Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang arti dan pemaknaan bahasa atau kata yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Kajian ilmu semantik bagitu luas, bahkan beberapa studi keilmuan menggunakan fungsi pemaknaan bahasanya secara tersendiri. Strukturisasi pemaknaan kata yang diterapkan dalam ilmu semantik memungkinkan kita dalam memberikan pemaknaan yang mendalam dari beberapa struktur bahasa, seprti frasa, kalimat, atau wacana. Misal: Panjang/Tangan (pencuri/bagian anggota badan/jarak).
Oleh karena itu, memaknai sebuah bahasa sangatlah penting, meski pun bersifat praktis. Namun, kemudahan dan keberhasilan dalam menyampaikan bahasa tidak akan kita peroleh melalui perbincangan semata. Dalam proses penyerapan bahasa memerlukan filterisasi yang utuh, sehingga bahasa yang akan diperoleh menjadi lebih mudah dipahami.
D. Referensi
Prawirasumantri, A., Nunung, S., dan Iim, R. (1997). Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Rahardi, K. (2006). Dimensi-dimensi Kebahasaan ‘Aneka Masalah Bahasa Indoensia Terkini’. Yogyakarta: Erlangga.
Resmini, N., Iyos A.R., Basyuni. (2006). Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI Pers.
Susandi. (2003). Pengantar Semantik. [Online]. Tersedia: http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/semantik/. [07 Oktober 2010]
Taufik, D. (2009). Semantik. [Online]. Tersedia: http://dedetaufik.blogspot.com/2009/12/semantik.html. [07 Oktober 2010]
Wikipedia. (2003). Pengertian Semantik. [Online]. Tersedia: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:x-J6Dx_jcgYJ:www.scribd.com/doc/4634605/Pengertian-Semantik+konsep+dasar+semantik&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. [07 Obtober 2010]

Related product you might see:

Share this product :

+ komentar + 4 komentar

7 Desember 2010 pukul 08.06

dawa-dawa ula sub......
enake di gawa ning ziddu bae....

24 Desember 2010 pukul 07.12

maksude dokumene dilonlot ng zidu trus kang dipostinge setengah bae tah?

22 November 2011 pukul 21.38

izin kopas gan....thanks

19 Februari 2012 pukul 20.55

terimakasih atas artikelnya. Cukup banyak pencerahan kepada saya. salam kenla dari rumah quran

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. el_shalih blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger Template