Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Konseptual Siswa Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV Semester II Sekolah Dasar.
B. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan Sosial adalah salah satuh mata pelajaran yang wajib diberikan. Pendidikan IPS di SD meliputi dua kajia pokok yaiyu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahkan kajian pengetahuan sosial meliputi lingkungan social, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Bahkan kajiannya meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hinggah sekarang.
Kenyataanya, sekarang pelajaran ilmu pengetahuan sosial seolah-olah hanya bersifat pengetahuan saja, sehingga asing bagi kehidupan sehari-hari, guru jarang mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dihubungkan dengan fenomena sehari-hari. Disamping itu guru dalam mengajarkan suatu topik IPS, mereka kurang paham apa manfaat siswa belajar topik IPS tersebut bagi kehidupan anak.
Jika dilihat dari pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas ada beberapa masalah yang sering muncul dalam pembelajaran antara lain kurangnya pemahanan siswa pada konsep-konsep yang ada, kurangnya antusias siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut, siswa nampak jenuh, pembelajaran bersifat pasif sehingga apabila guru tidak dapat mengatasi masalah tersebut dapat mengganggu pembelajaran yang berlangsung.
Kenyataan ini didukung oleh kajian empirik dilapangan banyak sorotan dan kritik yang menyatakan bahwa kualitas pembelajaran masih banyak dilakukan secara informatif hanya gurulah yang mendominasi iklim pembelajaran dikelas, siswa hanya bersifat pasif dan hanya menunggu apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga spontanitas siswa untuk berbicara tertekan dan ide-idenya akhirnya hilang sebelum di ungkapkan.
Glaserfeld mengemukakan bahwa bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan tetapi akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat penting peranannya dalam keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu maka pembelajaran yang diciptakan guru untuk menumbuh kembangkan potensi anak melalui pendekatan pembelajaran perlu untuk dipahami dan dikuasai guru dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian untuk bisa menjawab permasalahan yang maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat guna untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satuh pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar adalah pambelajaran kontruktivisme
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas secara mendasar permasalahan umum dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman konseptual Siswa Pada Pembelajaran IPS Dalam Di SD Kelas IV Semester II. “
Dari masalah pokok di atas, kemudian diuraikan lagi menjadi sub-sub permasalahan berikut ini di antaranya adalah :
1. Bagaimana meningkatkan Pemahaman Konseptual dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme ?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme ?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran IPS ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengupayakan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD dengan harapan untuk lebih meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep-konsep yang dipelajarinya dalam IPS.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa SD dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan kontruktivis.
b. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SD dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan konruktivis.
c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD dengan menggunakan pendekatan kontruktivis.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1. Dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme siswa diharapkan bisa lebih berani untuk mengeluarkan konsep dan gagasan yang dimilikinya
2. Dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme aktivitas belajar siswa diharapkan akan lebih meningkat dan siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Guru
1. Guru dapat menambah wawasan pengetahun dan kemampuan dalam pengembangan model-model pembelajaran siswa aktif.
2. Guru dapat menambah motivasi untuk bisa mencari dan menerapkan model-model pembelajaran yang ada.
c. Bagi Sekolah
1. Dapat memberikan masukan yang positif bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran.
2. Dapat memberikan masukan kepada guru-guru yang lain untuk mencoban menerapkan model pembelajaran kontruktivis.
E. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka Teoritis
a. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi material, faslitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ilmu pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasakan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara, IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup antropoloti, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata Negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini (Dik Das Men, 1999 : 14).
Pembelajaran IPS di SD tidak bersifat keilmuan tetapi bersifat pengetahuan dimana bahan yang diajarkan pada siswa bukan teori-teori sosial atau ilmu sosial melainkan hal praktis yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya.
Yang paling utama kita menitikberatkan pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Sebagaimana yang kita ketahui. Bahwa Tujuan pendidikan IPS di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau dan masa sekarang. (Istianti, dkk 2005 : 55).
Pendidikan IPS di SD menuntut proses pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif terlibat di dalamnya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah pendekatan yang dapat merangsang siswa untuk aktif. Pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu dari pendekatan yang dapat mendukung kegiata tersebut.
b. Pendekatan Kontruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontektual. Pengetahuan dibangun oleh siswa melalui kegiatan eksplorasi dan diskusi degan temannya. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat, tetapi siswa harus mengkonstruki pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Glaserfeld mengemukakan bahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri. Pernyataan ini menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan tetapi akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Karli dan margaretha (2002) menegaskan bahwa pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperang sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran,
Nuhadi menyatakan delapan prinsip pembelajaran kontruktivisme yakni sebagai berikut.
1) Melakukan hubungan yang bermakna.
2) Melakukan kegiatan yang signifikan.
3) Belajar yang diatur sendiri.
4) Bekerja sama.
5) Berpikir kritis dan kreatif.
6) Mengasuh dan memelihara pribadi siswa.
7) Mencapai standar yang tinggi.
8) Menggunakan penilaian otentik.
Secara umum pembelajaran berdasarkan tori belajar konstruktivisme meliputi empat tahap. Keempat tahap tersebut menurut Horsley adalah
1) Tahap apersepsi (mengungkapkan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa)
2) Tahap eksplorasi
3) Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep, dan
4) Tahap pengembangan aplikasi dan Aplikasi konsep.
c. Perkembangan Teknologi Transportasi
Sama halnya seperti teknologi produksi dan komunikasi, teknologi transportasi pun mengalami perubahan dari masa lalu hingga masa kini. Kita sering mengirim dan menerima pesan, berita, atau informasi, kita sering pepergian dan mengirim barang. Kita dapat saja bepergian dengan jalan kaki dan mengirim barang dengan memikul atau menggendong.
Transportasi, berarti angkutan atau pengangkutan. Trasportasi berarti pula perhubungan. Departemen Perhubungan mengurus perhubungan darat, laut, dan udara. Perhubungan merupakan upaya unutuk memperpendek jarak dan waktu tempuh antara suatu tempat dengan tempat lain antara suatu daerah dan daerah lain. Dengan adanya perhubungan maka tingkat mobilitas manusia, barang dan informasi akan meningkat. Mobilitas menunjukkan gerak, dari suatu tempat ke tempat lain.
Dari masa lalu hingga masa kini, kegiatan trasportasi tidak hanya dilakukan dalam wilayah suatu kota, atau daerah saja. Perhubungan dilakukan juga antarkota atau antardaerah, antarpulau, bahkan antarnegara.
Pada masa lalu, jenis alat angkutan masih terbatas jumlahnya. Misalnya, kuda, gerobak, atau kereta kuda, dan perahu layar. Masa sekarang, terdapat angkutan kota dengan berbagai jenisnya. Angkutan antarderah meliputi bis antarkota antarprovinsi (AKAP), kereta api, feri (penyeberangan), kapal laut (antarpulau) dan pesawat terbang (biasa dan perintis).
c. Implementasi Model dan Pendekatan di SD
Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diarahkan ke pemberian kesempatan siswa mengkonstruksi pengetahuan lewat pengalaman-pengalaman belajar bermakna. Sebagai pelengkap dalam mengimplementasikan pendekatan dalam pembelajaran yang memberi kesempatan siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang menjadi fokus pembelajar IPS dalam KTSP.
2. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut : “Jika dalam pembelajaran IPS di SD kelas IV menggunakan pendekatan konstruktivisme maka pemahaman konsep siswa dan hasil belajar siswa akan lebih meningkat”.
F. Cara Penelitian
Cara yang ditempuh dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan (penjelasan dan solusi) yang benar tentang suatu masalah (Indraati, 2001 : 4). Yang dilakukan penulis lakikan adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis mencoba meneliti tentang penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD kelas IV.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Basuki Wibawa (2003:9) mengemukakan alasan pentingya PTK bagi guru : (1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya, (2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru, (3) guru mampu memperbaiki proses belajar melalui suatu kajian terhadap apa yang terjadi di kelasnya, (4) pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya, (5) guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dari teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral Keminis dan Mc Taggart dengan melalui beberapa siklus tindakan.
Gambar 1 : Spiral Penelitian TIndakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart, 1998
Posting Komentar