Allah Penjamin Rejeki

Order Detail
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar


ManajemenQolbu.Com : Duhai Yang Menghembuskan setiap angin , wahai Yang Menurunkan setiap tetesan hujan , apapun Yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepadaMu , wahai Yang Maha Menatap , ijinkanlah pertemuan demi pertemuan kami membuat semakin jelas agar kami dapat mengenalMu , merasakan kehadiranMu, merasakan tatapanMu, Merasakan kokohnya perlindunganMu , Tiada Tuhan selain Engkau wahai Yang Maha Mendengar lindungi pertemuan ini dari ilmu yang dapat menjauhkan kami dariMu.
Tenangkanlah dirimu dari memikirkan urusan duniawi, karena apa yang telah direncanakan Allah Ta’ala bagimu, tidak perlu kamu sibuk memikirkannya “(Dari Mutu Manikam Kitab Al Hikam)
Allah berfirman dalam surat Al Ankabut 60 :

Wa ka ayyim min daabbatil laa tahmilu rizqahallaahu yarzuquhaa wa iyyaakum wa huwas samii’ul ‘aliim.

“Artinya : Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus ) rejekinya sendiri. Allah-lah Yang Memberi Rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Saudaraku, penyimak ManajemenQolbu yang budiman surat Al Ankabut ayat 60 ini menunjukan bahwa semua makhluk telah dijamin rejekinya oleh Allah , yang tidak dijamin adalah ganjaran karena ganjaran harus kita cari , pahala harus kita cari tapi rejeki sudah menjadi jaminan Allah SWT, oleh karena itu Syekh Ahmad Ataillah menganjurkan “jangan risaukan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kita tapi risaukanlah kalau kita lalai menjalankan kewajiban2 yang dibebankan kepada kita”
Luar biasa pentingnya bagi kita untuk menjaga diri dari apapun yang membuat kita tidak bisa melaksanakan kewajiban kita,sederhananya begini ada seseorang yang disuruh majikannya untuk bekerja , tidak mungkin majikan ini lupa memberi makan kepada hamba sahayanya karena jika sampai lupa diberi makan, hamba sahaya ini tidak akan bisa bekerja, makin bagus kerjanya kalau majikan bijaksana pasti akan dicukupi pakaiannya karena tidak mungkin dia akan dapat bekerja tanpa pakaian, pasti dicukupi makananya karena dia tidak akan bisa bekerja tanpa kekuatan, ini hanya sekedar ilustrasi manusia yang banyak kikirnya dan banyak alpanya , lalu bagaimana mungkin Allah Yang Memerintahkan kita ibadah “Wa maa kholaqtuljinna wal insa illa liya’buduun "Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) pada-Ku"(QS. Adz Dzariyat : 56 )bagaimana mungkin Allah Memerintahkan kita ibadah dan kalau kita ibadah tidak dicukupi.
Kita ambil contoh shalat ; untuk shalat kita harus memakai penutup aurat , kalau kita mau shalat pasti Allah memberi rejekinya karena yang menyuruh kita menutup aurat adalah Allah , kita disuruh bershadaqah ,kalau kita mau bershadaqah tidak mungkin Allah tidak memberikan rejeki , lalu bagaimana mungkin kita bisa bershadaqah kalau kita tidak memiliki rejekinya , sedangkan pembagi rejeki adalah Allah , kita pasti diberi makan karena kalau tidak diberi makan bagaimana kita bisa menolong orang, kalau kita tidak diberi makan bagaimana bisa ibadah , jadi andakata kita tahu kewajiban kita dan kita tunaikan, Demi Allah ! Allah tidak akan pernah menyia-nyiakannya .
Maka saudaraku, kewajiban kita yang pertama adalah husnudzon , berbaik sangka bahwa Allah adalah penjamin rejeki , karena Allah berfirman dalam hadits qudsi “ Aku sesuai prasangka hambaku “ jadi kita harus berprasangka baik kepada Allah “Yakin bahwa kita sudah ada rejekinya, hanya kita harus menjemput dengan cara yang kreatif “
Yang kedua kewajiban kita adalah ikhtiar dengan ikhtiarnya yang Allah sukai , sudah cukup itu ! kalau Allah menyuruh kita jujur, maka kejujuran tidak akan pernah meleset.Kalau Allah memerintahkan kita shalat dan bisnis tidak boleh melalaikan shalat , maka ketika kita mendengar kumandang adzan , segeralah untuk menutup toko lalu shalatlah ,lalu pertanyaannya nanti ,bagaimana dengan pembeli ? rejeki itu bukan datang dari pembeli tapi dari Allah yang datang lewat pembeli , tidak mungkin Allah memerintahkan kita shalat lalu gara-gara shalat kita menjadi terhalang rejeki.
Kita diperintahkan untuk membayarkan zakat, bukankah uang yang kita miliki adalah milik Allah, maka tunaikanlah zakat karena uang itu bukan milik kita, kalau Allah mau mengambil mudah saja, misalnya diberikan saja ujian dengan tabrakan atau sakit pasti akhirnya akan keluar juga uang yang semula kita pertahankan, maka daripada dipaksa keluar uang lebih baik tunaikan saja, Allah lah yang dengan Keagungannya dan Maha Bertangung jawab Mengatur lalu litas rejeki kita
Saudaraku maka hidup ini mudah sebenarnya kalau kita sudah tahu rumusnya, sayangnya kita ini lebih sibuk memikirkan apa yang dijanjikan Allah daripada apa yang menjadi kewajiban kita , sayangnya kita ini lebih sibuk memikirkan sesuatu yang tidak harus kita pikirkan.
Apakah dengan bersadaqah itu kita menjadi miskin ? justru jaminan Allah diberikan kalau kita merasakan nikmatnya , melakukan yang diwajibkan oleh Allah SWT. marilah saudaraku, bisnis yang baik adalah bisnis yang yakin bahwa Allah pembagi rejeki , bekerja yang baik bukan mengabdi kepada atasan , karena atasan akan mati di kemudian hari,kita tidak mengabdi kepada perusahaan bekerja itu adalah mengabdi kepada Allah, jangan tergiur oleh harta haram karena tanpa licik pun kita akan berjumpa dengan rejeki kita,lihatlah binatang-binatang selalu ada rejekinya, lihatlah cecak bukankah makanannya dapat terbang kesana kemari karena memiliki sayap , tapi ternyata tetap saja cecak berjumpa dengan rejekinya.Subhanalloh ! Oleh karena itu jJangan pernah risau saudaraku, karena Allah satu-satunyanya penjamin rejeki.kewajiban kita adalah luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.Wallahu a’lam (mikha)[http://www.manajemenqolbu.com]***

APAKAH CINTA ITU ?

Order Detail
Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang hanya ingin bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.

Kadang Allah yang mengetahui yang terbaik,akan memberi kesusahan untuk
menguji kita.
Kadang Iapun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.

Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan dibaliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya
bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin
tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai,
kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang
memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik, menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan
diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlampau
singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu
mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.

Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam waktu sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selam sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama,
Dan penantian kita tidaklah sia-sia.

Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal-iman,keberanian, dan pengharapan
- penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya, Allah dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu karena
alasan yang penting.

Sahabat, Perjuangan perlu pengorbanan.




## Milis ini dibuat untuk mempererat ukhuwah seluruh mahasiswa muslim matematika di itb,anda bisa menggunakannya sebagai sarana komunikasi, tausyiah , sharing informasi, pengumuman, curhat de-el-el.Milis ini terbuka untuk semua angkatan.
Bagi anda yang ingin bergabung lagi
kirim email ke :
km3_itb-subscribe@egroups.com
Jika tidak ingin bergabung lagi kirim email ke:
km3_itb-unsubscribe@egroups.com


--------- End Forwarded Message ---------



Join 18 million Eudora users by signing up for a free Eudora Web-Mail account at http://www.eudoramail.com



--- milis Mahasiswa Teknik Informatika '99 --
if99@students.if.itb.ac.id
---------------------------------------------

Benci berubah Cinta

Order Detail
Assalamu'alaikum wr.wb
Nama saya Iselyus Uda, istri saya Maria Juana. Lima belas tahun saya menjad penginjil. Di kalimanatan tengah sampai akhirnya saya bertemu dengan seseorang laki-laki dalam mimpi. Benakah Ia rasul yang terpuji?

Tidak pernah terbayang saya akan bisa menginjakkan kaki di negeri yang dirindukan Umat Islam itu. Bahkan tak pernah terpikir saya akan memeluk agama yang tadinya saya benci itu. Sebab, sejak kecil saya dan istri saya biasa hidup di lingkungan adat yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam. Memang, di dalam masyarakat Dayak terdapat beberapa anak suku, yaitu Kenyah, Iban, Kayan, Bahau dan sejumlah kelompok kecil yang tersebar hampir di seluruh Kalimantan termasuk Sabah dan Serawak di wilayah Malaysia Timur. Namun akar budaya dan kepercayaan kami nyaris tidak berbeda. Dulu suku Dayak dikenal sebagai pengayau tengkorak manusia. Cerita itu bukan dongeng semata. Memburu kepala musuh, baik sesama suku Dayak maupun suku lain, merupakan pilar utama budaya dan kepercayaan kami lantaran kepala yang baru dipenggal sangat penting bagi terciptanya kesejahteraan seisi kampung, sementara tengkorak lama makin luntur kekuatan magisnya. Untuk itu dibutuhkan perburuan terus menerus yang menyebabkan sering terjadinya peperangan, baik antar suku ataupun dengan masyarakat luar.

Jasa Penginjil
Sebetulnya agama Islam sudah tersiar dari Tanah Jawa sejak abad ke-15, terutama di Kutai dalam wilayah kerajaan Hindu Mulawarman yang kini termasuk Provinsi Kalimantan Timur. Namun masyarakat Dayak tidak tertarik untuk menganut agama Islam karena kami dilarang berternak babi atau berburu celeng dan memakan dagingnya. Islam juga tidak membolehkan umatnya memelihara anjing. Padahal, babi dan anjing sudah menyatu dengan kehidupan kami dan tidak mungkin terpisahkan dari upacara adat dan ritus-ritus nenek moyang. Tak seorang pun penganjur Islam yang pernah memberi tahu bahwa ada keringanan-keringanan yang tidak terlalu keras menajiskan anjing dan babi, serta tidak terlalu memaksa seseorang yang baru membaca syahadat agar segera dikhitan. Seakan-akan keringanan itu sengaja disembunyikan. Yang kami ketahui, kalau memeluk agama Islam kami harus berpisah dari adat-istiadat dan kebiasaan lama. Sedikit saja menyimpang dan tetap melaksanakan tradisi para orang tua, kabarnya kami akan dituduh musryik dan wajib masuk neraka (?!? -pen). Bukankah itu sungguh menyakitkan dan mengerikan ? Berbeda dengak sikap para penginjil, baik dari kalangan agama Katolik maupun Protestan. Sesudah Perang Dunia berakhir mereka datang berduyun-duyun membawa hadiah, ilmu dan pengetahuan baru yang dapat mengubah cara hidup kami tanpa mengharu biru adat istiadat dan upacara ritual nenek moyang. ke kawasan-kawasan terpencil. Perang antar suku tidak pernah terjadi lagi berkat jerih payah mereka. Kebiasaan mengayau kepala manusia sudah lama kami tinggalkan, juga agama asli. Dan hal itu terjadi tanpa memunahkan upacara adat yang oleh gereja tidak dilarang untuk dilakukan. Sungguh mereka banyak berbuat untuk suku dayak, termasuk saya dan seluruh keluarga saya, yang sebagai pengikut Yesus dan Bunda Maria, segala kebutuhan hidup kami selalu dipenuhi. Oleh karena itu, untuk menanggung delapan orang anak dan seorang istri saya tidak pernah mengeluh walaupun selama lima belas tahun saya sepenuhnya hanya mengabdi kepada agama Katolik selaku penginjil. Sudah tak terhitung banyaknya penduduk yang dapat saya ajak masuk gereja. Apalagi sejak saya dianugerahi amanat memimpin umat Katolik di desa Bangkal oleh gereja Sampit. Makin menggebu-gebu semangat saya untuk mengibarkan panji-panji sang juru selamat dan menegakkan palang salib di berbagai penjuru. Saya tanamkan iman Kristiani kepada masyarakat kecamatan Danau Sembuluh tanpa pandang bulu. Malah cita-cita saya tidak saja menasranikan rakyat Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin timur, melainkan seluruh pelosok Provinsi Kalimantan Tengah.

Mimpi Yang Menakjubkan
Tiga tahun saya menerbangkan ayat-ayat Injil di mimbar gereja dan di berbagai persekutuan doa di desa Bangkal dan desa-desa lainnya. Kemudian saya dipercayai pula untuk mengumandangkan misi gereja di kecamatan Cempaga sejak tahun 1978. Berkat kegigihan saya, hingga hampir segenap waktu saya tersita oleh kegiatan pelayanan rohani, saya berhasil mengajak umat dan berbagai pihak untuk bersama-sama membangun gereja yang besarnya lumayan, lengkap dengan asramanya. Dua tahun saya mengucurkan keringat, memeras tenaga dan pikiran demi kejayaan agama Katolik melalui gereja yang saya dirikan itu. Sungguh bangga hati saya, sungguh mantap kaki saya. Namun di balik kepuasan batin itu ada sesuatu yang terngiang-ngiang jauh di dasar sanubari saya. Entah mengapa dan dari mana datangnya tuntutan itu tidak pernah terungkap sama sekali, yaitu tanda tanya yang tak mampu saya menjawabnya meskipun telah saya gali lewat firman-firman suci. Apakah betul yang saya tempuh berasal dari Tuhan ? Tidak kelirukah saya menyerahkan diri bulat-bulat dalam keyakinan itu ? Kebimbangan tersebut betul-betul sangat menyiksa hidup saya dan senantiasa mengusik ketentraman batin saya. Seolah-olah ada sebuah lubang pada diri saya yang tidak mampu saya tutupi, malah saya rasa makin lama makin dalam dan lebar. " Ya Tuhan, kalau Engkau Maha Kuasa dan Maha Penyayang, tunjukkanlah kebenaran yang sempurna," demikian ratap saya tiap malam tatkala suasana sedang lengang dan kesunyian sedang mencekam sambil saya genggam rosario (kalung salib-pen) erat-erat. Saya menggapai-gapai bagaikan hampir tenggelam di tengah-tengah samudera kehampaan. Saya berteriak nyaring di tengah gurun kesunyian. Saya merasa ditinggalkan sendirian dalam sebuah lorong gelap dan pengap setelah seberkas cahaya yang tadinya saya jadikan pedoman kian buram dan hampir padam. Saya merindukan sinar terang yang tidak menipu saya dengan bercak-bercak fatamorgana. Saya mendambakan jalan lurus menuju haribaan Tuhan yang Sejati dan Hakiki. Tiba-tiba, pada suatu malam menjelang akhir Oktober 1980, ketika kesibukan untuk mengabarkan Injil dan menawarkan kerajaan surga tengah mencapai puncaknya, saya didatangi mimpi yang sangat aneh. Seorang lelaki berjenggot rapi mengunjungi saya antara tidur dan jaga. Pundak saya ditepuk dan tangan kanan saya ditariknya, saya menoleh. Betapa takjub saya melihat sosok manusia yang begitu tampan dalam usia bayanya. Berpakaian serba putih dengan rambut berombak tertutup selembar kain halus yang juga berwarna putih, Ia tampak sangat agung dan anggun. Saya merasa damai oleh sentuhan pandang dan senyumnya. Dituntunnya saya menjelajahi hamparan tanah yang tandus menuju sebuah gurun pasir yang luas dan gersang. Anehnya, meskipun matahari terik membakar, saya justru terlena oleh kesejukan yang indah dan menawan. Seolah gumpalan awan besar menaungi kami berdua. Ketika tiba ditempat tujuan, entah dimana saya tidak tahu, ia mempersilahkan saya masuk kesuatu kawasan yang asing dan sakral. Saya lihat ribuan manusia berselimut putih-putih bergerak bak busa ombak mengelilingi sebuah bangunan hitam berbentuk kubus menjulang ke atas membelah langit sambil berlari-lari kecil. Diantara mereka ada yang sedang bersujud dengan khusuk, banyak pula yang berebutan mengecup batu hitam kebiruan yang menempel di dinding kubus itu. Begitu saya datang, kerumunan manusia tadi menyibakkan diri dan memberikan kesempatan kepada saya untuk memeluk dan mencium batu berkilat itu sepuas hati. Amboi, alangkah harumnya, alangkah tenteramnya. Setelah itu Ia mengarak saya bersama gemawan ke tempat lain yang pemandangannya amat berbeda, tetapi suasanannya sama, penuh keagungan. Saya bertanya, " Bangunan apa yang teduh ini ?" Ia menjawab, " Ini yang dinamakan Masjid Nabawi." Sebagai penginjil saya pernah mengenal istilah itu, sebab mempelajari agama-agama lain adalah modal untuk membeberkan kebenaran kami dan membongkar kelemahan mereka. Oleh karena itu saya terkejut. mengapa saya dibawa kemari ? " Gundukan tanah yang ditengah itu untuk apa ?" kembali saya bertanya. " Itu makam Nabi Muhammad," sahutnya. Mendengar penjelasan itu saya pun makin kaget. Nabi Muhammad adalah pembawa ajaran Islam. Ada hubungan apa dengan saya sampai diajaknya saya berziarah kesini ? Meski beribu kebingungan menyemak di hati saya dan berbagai tanda tanya merimbun dibenak saya, sekonyong-konyong, tanpa dimintanya saya bersimpuh di depan kuburan yang sederhana itu. Air mata saya menetes. Saya terharu walau pun tidak tahu mengapa bisa terharu. Saya cuma membayangkan betapa mulianya pemimpin kaum Muslimin itu yang pengikutnya ratusan juta orang, tetapi makamnya begitu bersahaja, yang ajarannya ditaati umatnya, namun kematiannya tidak boleh diratapi. Saya terpana sangat lama sehingga tatkala saya sadar kembali, lelaki yang mengantar saya tadi telah menghilang ke dalam kuburan itu.

Panggilan Hati
Saya ceritakan mimpi saya kepada istri dan anak-anak saya. Mereka terkesima. Istri saya berkaca-kaca; saya tidak mengerti apa sebabnya. Barulah pada malam harinya, ketika kami cuma berdua, ia berkata : "Saya yakin itu bukan sekadar mimpi. Itu panggilan. Dan kita berdosa kepada Tuhan apabila tidak mau mendatangi panggilan-Nya." " Maksudmu ?" saya tidak paham akan maksud istri saya. " Kita tanya kepada orang yang ahli agama Islam. Siapakah lelaki baya yang mengajak Abang itu. Dan bagaimana makna mimpi itu. Kalau memang benar merupakan panggilan Tuhan, berarti kita harus masuk Islam," jawab istri saya tanpa ragu-ragu. Sayalah yang justru dilanda kebimbangan, terombang-ambing dalam iman Kristiani yang makin goyah. Apalagi tiap kali teringat akan salah satu surah Al-Quran yang pernah saya pelajari bahwa : " Tuhanmu adalah Allah Yang Maha Tunggal, Yang Tidak Beranak dan Tidak Diperanakkan ..." Saya ingin lari menghindari dengungan batin itu. Namun keyakinan saya tak cukup kuat untuk menahan deburan ayat-ayat itu. Untungnya pada tahun 1983 gereja Sampit memindahkan saya ke Medan, tugas saya ke desa Resettlement untuk mengobarkan semangat Injil pada masyarakat setempat. Saya terima tugas itu dengan setengah hati sebab semangat Injil saya sendiri sedang meluntur ke titik paling rawan. Anehnya, saya merasa bahagia menerima keadaan itu, lebih-lebih ucapan istri saya yang tak pernah lenyap dari pendengaran saya. " Kalau mimpi itu merupakan panggilan Tuhan, kita berdosa jika tidak mendatangi-Nya. Kita harus masuk Islam. " Akhirnya, pada awal Maret 1990 saya sekeluarga mengunjungi Kantor Urusan Agama Kecamatan Mentawa Baru ketapang, sesudah lebih dulu mendapat penjelasan dari seseorang yang saya percayai memiliki pengetahuan mendalam tentang agama islam. Ia mengatakan bahwa lelaki dalam mimpi saya adalah Nabi Muhammad. Diterangkannya lebih lanjut bahwa tidak semua orang, termasuk kaum Muslimin, bisa memperoleh kehormatan bertemu dengan Nabi dalam mimpi. Dia meyakinkan saya bahwa mimpi itu bukan dusta, bukan kembang tidur, sebab Iblis pun tak sanggup menyerupai Nabi walaupun ia bisa menyamar sebagai Malaikat. Itulah yang kian memantapkan tekad saya sekeluarga untuk memeluk ajaran Islam. maka dengan bimbingan Mahali, B.A. Kami mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan oleh para pendahulu kami, Arkenus Rembang dan Budiman Rahim, dari Kantor Departemen Agama Sampit. Nama saya, Iselyus Uda, diganti dengan Muhammad Taufik; istri saya menjadi Siti Khadijah. Begitu pula kedelapan anak saya yang memperoleh nama baru yang diambilkan dari Al-Quran. Sepulang dari upacara persaksian itu dada saya terasa sangat lapang dan dunia makin benderang. Tengah malam saya mengangkat kedua tangan dan menggumam : " Ya Tuhan, terpujilah nama-Mu telah datang kerajaan-Mu. Syukur kepada-Mu, Ya Allah, untuk anugerah kebenaran ini."

Menebus Mimpi
Sejak hari paling bahagia itu saya mulai berangan-angan kapankah pemandangan dalam mimpi saya dulu itu bisa terwujud. Saya merindukan Tanah Suci tempat kelahiran Nabi dan tempat Jenazahnya dimakamkan, yaitu Mekkah dan Madinah. Kecuali dengan Kuasa Allah, rasanya mustahil terlaksana mengingat kemampuan ekonomi saya tidak secerah semasa menjadi penginjil. Akan tetapi saya tidak mengeluh. Memang di segi materi terjadi penurunan, tetapi di segi yang lain kehidupan kami bertambah makmur dan sejahtera. Kekurangan kami sedikit kami anggap biasa, itulah ujian iman. Sebab ternyata materi bukan segala-galanya. Yang penting, anak-anak dapat melanjutkan pendidikan mereka dan kebutuhan sehari-hari kami tercukupi. Adapun hidup berlebihan bukan tujuan utama. Buat kami sudah puas dengan kaya di hati dan rezeki yang halal. Saya tidak tahu apakah keikhlasan itu diterima Tuhan, ataukah lantaran sudah tertulis didalam Takdir-Nya bahwa saya sekeluarga harus menjadi Muslim dan Muslimat yang kuat. Peristiwa yang terjadi dua pekan setelah kami masuk Islam membuat saya makin bersyukur kepada Allah, yaitu ketika Kakandepag Kotawaringin Timur, Drs. H. Wahyudi A. ghani, bertamu kerumah saya di No.19 Desa Resettlement. Ia tidak hanya bertandang, tetapi mengantarkan tebusan mimpi. Ia mengabarkan bahwa Menteri Agama, H. Munawir Syadzali, M.A. menaruh simpati kepada saya dan berkenan memberangkatkan kami suami istri untuk menjalani ibadah Umrah. MasyaAllah, alangkah akbarnya Engkau, alangkah luasnya kasih sayang Engkau. Sungguh saya tidak mampu menggoreskan pena atau menggerakkan lidah guna menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan saya. Tidak bisa lain yang menggugah hati Menteri Agama, seorang petinggi negara diantara 170 juta lebih bangsa Indonesia, pasti Allah yang Maha Kuasa. Tanpa kehendak-Nya mana mungkin perhatiannya terlintas kepada seorang warga desa terpencil di Kalimantan Tengah ini, padahal kegiatannya selaku menteri tidak kepalang sibuknya. Saya dan istri langsung melakukan sujud syukur walaupun kepergian kami tertunda beberapa bulan. Sedianya kami akan diberangkatkan pada Juli 1990; namun karena terhalang oleh musibah Mina, terpaksa diundur ke bulan Januari 1991. Akhirnya kami kesampaian mewujudkan pemandangan dalam mimpi dengan melaksanakan tawaf mengelilingi Ka'bah, menunaikan sai antara Shafa dan Marwah, serta berziarah kemakam Rasulullah SAW. Di kaki Tuhan, di tengah dekapan Tanah Haram, kami memohon agar diberi kekuatan dan kenikmatan iman dalam Islam. Juga kami meminta supaya Tuhan menunjuk kami untuk menyebarkan janji-janji-Nya. Agaknya doa kami di tempat-tempat mustajab di Mekkah dan Madinah mulai dikabulkan-Nya. Buktinya, setiba kembali dari Tanah Suci ada seorang hartawan yang tidak ingin disebut namanya, mewakafkan sebidang tanah kepada saya. Luasnya lebih dari cukup untuk mendirikan madrasah dan sarana-sarana pendidikan lainnya. Saya berniat menghabiskan sisa umur saya untuk membayar dosa-dosa pada masa silam tatkala lima belas tahun lamanya saya bekerja keras memurtadkan umat Islam dan merayu semua orang agar mengikuti keyakinan saya kala itu. Mudah-mudahan saya mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman saya bagi kejayaan agama yang baru saya peluk secara resmi dalam setahun ini (pada saat cerita ini diceritakan pertama kalinya-pen). Semoga Allah menerima tobat saya dan memudahkan jalan bagi saya, juga istri dan anak-anak saya, untuk mematuhi segala perintah-Nya dan menghindari semua larangan-Nya.

Penutup, dari penulis : Akhirnya Apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas? Semoga saja banyak hal-hal positif yang dapat ditauladani serta dijadikan pelajaran sebagai penguat keimanan kita semua yang setiap harinya selalu dibayangi dengan kehidupan kota yang "sumpek" dan "memuakkan". Mohon maaf atas panjangnya rangkaian tulisan saya di atas, sebenarnya pada mulanya akan saya bagi menjadi dua bagian, namun setelah saya telaah kembali maka takutnya akan mengurangi makna dan "sentuhan" aslinya. Terakhir, ada baiknya saya kutipkan beberapa ayat Al-Quran di bawah ini: " Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. " (QS. 2:57)
" Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan Nya. " (QS. 24:39)
" Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. " (QS. 65:3)

Wassalaamualaikum wr. wb.
Dikutip tanpa izin dari Laptop tmn.......
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. el_shalih blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger Template